Minggu, 24 Desember 2017

Saat Valide A.A. Varisela

Satu benjolan merah yang lumayan besar muncul di punggung bagian atas si Valide A.A.. Sang Ibu memprediksi ini bukan seperti gigitan nyamuk, tapi..benjolan apa ini? Saat itu si Ibu belum mau ambil pusing dan berhusnodzon saja bahwa nanti hilang sendiri. Kenapa si Ibu husnudzon di saat demikian? Karena si anak pun tak nampak demam, rewel, atau gejala-gejala sakit pada biasanya. Si Anak memang meler sejak seminggu lalu, tapi biasanya hilang sendiri tanpa mengonsumsi obat.

         Beberapa hari kemudian, benjolan lain muncul random antara perut, paha walau belum bisa dikatakan banyak. Si Ibu yang saat itu sibuk kesakitan di bagian perut menjelang haid, tidak terlalu fokus, walaupun lebih was-was. Kewas-wasan  ibu berujung mencari info ke sanak saudara terdekat dan biasalah googling. Berdasarkan rekomendasi serta bertepatan hari ahad yang dokter anak pun tidak buka praktik, maka saya dan suami membawa si anak ke bidan terdekat.

         17 Desember 2017, yaaaah, sangat bertepatan dengan aksi bela Palestina di monas, sepulang dari sana, kami membawa si anak ke bidan. Jreng...jreng...si bidan junior memvonis si anak hanya "alergi" sabun. Alhamdulillah, saya lega dan cuma membeli salep anti gatal plus mengganti sabun dengan sabun lactacyd baby. Kelegaan saya berlangsung sekejab mata. 😣😣😫

         Keesokkan harinya, di rumah kedatangan saudara ke 2 saya dari Parung yang kedua anaknya baru sembuh dari cacar air (varisela). Saat si kakak saya melihat badan Valide A.A., dia bilang ini mah cacar. Waah, saya pun tegang dan berusaha cari info tentang dokter anak yang buka saat sore hingga malam karena kami mesti ambil surat rekomendasi dari klinik rekanan asuransi sehingga jika pagi-siang sudah tidak keburu.

         Kesaaaaal!!! Yuup, menurut saya lamban sekali pelayanan di klinik tempat ambil surat rekomen. Saya serta si anak datang dari setengah enam kurang dan baru dapat surat jam tujuh lewat. 😱😱😱 Kami kan mesti ke rumah sakit di Ciledug, sedangkan kliniknya di Tomang. Alhamdulillah, saya sudah telepon rumah sakitnya untuk ambil nomor urut DSA.

        Perjuangan menuju dokter sangat luar biasa. Sampai di rumah sakit jam delapan kurang 15 menit, registrasi 15 menit, antri di depan ruang dokter sekitar 1 jam 😴😴. Setelah bertemu dokter, qadarullah khair, si anak memang terkena varisela. Kata si dokter, penyakit ini cukup menular, sambil nunjukkin halaman sebuah buku yang hanya saya baca kata "varicella"nya aja. Alhamdulillah, sudah terjawab apa yang diderita si anak.

         Nah, yang saya heran adalah pemberian obat. Kami menunggu obat sampai setengah jam lebih dan obat untuk cacar hanya satu, yaitu salep kecil plus murah alias generik. Eeeeit, kenapa sampai 200 ribuan? Ternyata, yang mahal malah obat meler. Ini sebenarnya, yang lebih parah sakit yang mana yaah??? Haadeeuh.
.....Ketika saya menulis ini, si anak sudah hampir mengering keseluruhan bekas cacarnya dengan mengganti salep generik (acyclovir  5%) dengan yang lebih mahal (mertus keluaran pharos)😆😆.
.
.
.

Nb: vaksin Varicella penting juga jika ada dananya atau asuransi. Dilakukan ketika si anak berumur 12 bulan.



@rumah
24Des'17_ 15.52
Syafakillah Valide A.A 😘😘