Serpihan Cerita Ibu
Sabtu, 03 November 2018
Tantrum Ini, Membunuhku???
Bukan hal baru jika kakak Valide tantrum, bahkan sudah sering dan tak terhitung jumlahnya. Bagi saya, sebagai seorang ibu, memang sudah kebal kuping serta raga dengan ngambekan, tangisan, teriakan, sampai perbuatan fisik (misal ditendang) yang kakak Valide lakukan. Ketika anak tantrum, yang harus dikedepankan orangtua adalah ketenangan plus "kewarasan", jangan tanya teori parenting yang sudah dibaca yah, karena dijamin mental tanpa adanya "kewarasan".
Kenapa anak tantrum? Karena ada satu atau berbagai keinginan anak yang tidak dipenuhi orangtua dengan alasan yang baik, hanya saja si bocah belum mengerti. Ini definisi saya saja sih, tapi memang intinya itu. Kalau sudah tantrum, pasti si anak ada penolakan terhadap sikap orangtua yang mem-block keinginannya. Jadi, bagi saya, akan sia-sia kalau di saat itu orangtua langsung memberi arahan kepada anak untuk diam dari tantrum sebab si anak sudah melakukan penolakan terlebih dahulu. Terus masa anak tantrum dibiarkan saja siiih ngamuk-ngamuk gitu? Iya, bahasanya diberi waktu untuk anak meluapkan emosinya, selama dia tidak melukai orang sekitar. Setelah diberi waktu, sedikit demi sedikit orangtua bisa membujuk, memeluk, memberi arahan dengan santai, dan memulai komunikasi dengan si anak. Walaupun tidak 100% berjalan mulus atau langsung berhasil diam yah si anak, bisa lebih keras jeritannya? Yah mungkin saja, tergantung Allah dalam menguji kesabaran si orangtua 😊😊😉. Akan tetapi, seberapa lama atau seberapa parah tantrum yang dialami anak, asalkan ada sikap tenang dari ortu, in sya Allah semua akan berakhir dengan bahagia. #tsaaaah🙈😸
Sudah cukup teorinya yah, saya akan ceritakan sebuah kegagalan menangani tantrum anak yang dilakukan oleh saya dan suami terhadap sikap kakak Valide. Kakak Valide, usia 27m, memang paling sulit diajak tidur, entah itu tidur malam atau tidur siang, apalagi jika dia belum ngantuk dan masih ingin main. Mendisiplinkan waktu tidur si kakak penting bagi saya karena itu bisa memengaruhi emosi dia serta saya seharian. Selain itu, kegiatan pun menjadi lebih teratur, diawali dengan disiplin waktu tidur.
Alkisah nyata, sudah beberapa hari selepas suami saya pulang kerja, si kakak Valide lebih banyak menonton video lagu lewat gadget bareng ayahnya. Kegiatan itu berakhir sampai keduanya ketiduran, yang pertama kali tertidur, si ayah pastinya. Pada awalnya, saya tidak masalah karena semua berjalan baik-baik saja dan saya lebih fokus ke adik bayi. Kondisi baik-baik saja berubah menjadi tantrum super saat gadget mati dan tidak ada acara nonton lagu sebelum tidur lagi. Si ayah yang sudah kecapekan kerja, sudah angkat tangan dan bisa tidur di tengah anak yang ngambek tersebut. Saya bujuk si kakak untuk tidur sambil saya gendong terlebih dahulu. Oke, si kakak setuju, 5-10 menit saya gendong, si kakak belum juga ada tanda ngantuk, kondisi saya saat itu sudah capek seharian aktivitas bareng anak-anak plus pegel dong gendong si kaka yang bukan bayi lagi. Saya tawarkan untuk tiduran sambil saya usap punggungnya, biasanya kalau kakak sudah ngantuk itu berhasil membuatnya tidur, eeeh kali itu, dia menolak, dan mulailah teriak, menangis, yaaah tantrum.
Oke teori penanganan tantrum ala saya dijalankan. Mulai dari dibiarkan si kakak meluapkan emosinya beberapa menit, eeeh tapi kemarin itu lebih dari 15 menit dia nangis teriak-teriak. Yang saat itu saya capek sekaligus kesel liat si ayah yang santai aja tidur di tengah teriakan anaknya, saya mulai emosi sambil agak berteriak ke si kakak untuk diam. Inilah poin pertama kegagalan mengatasi tantrum: ketidaktenangan orangtua. Sekitar 30 menit atau lebih si kakak tantrum dengan sangat mengganggu telinga (si kakak memang juaranya menjerit 😑) saya bangunkan paksa si ayah untuk ikut membantu mengatasi kakak, terlebih lagi, dia mulai mengarah kakinya ke si adek bayi yang anteng tidur. Si ayah pun bangun dan ikut memenangkan, tapi tak berhasil, Si ayah pun mendiamkan sikap tantrum kakak beberapa menit, tapi tidak ada tanda-tanda si kakak bakal diam 😣. Mulailah suami saya angkat si kakak, digendong sambil dibawa ke kamar mandi yang gelap. Deg-deg-deg saya pun ikut berasa campur aduk apa yang akan terjadi selanjutnya. Hanya beberapa detik saja si kakak dibiarkan sendirian di kamar mandi gelap makin menjadi-jadilah tangisannya: petjaaaaaah!!!!praaaang!!! Kemudian digendong lagi dan diberi arahan untuk diam si kakak sama ayahnya. Duuuuh, hati saya pun ikut sedih. Ternyata si ayah juga merasa bersalah melihat maka Valide sesunggukan memeluk saya dan beneran sudah capek ingin tidur. Saya dan suami memeluk si kakak sambil minta maaf...duuuuh syediiih 😭😭😭. Tidak sampai 5 menit kakak Valide sudah tidur dengan membawa sisa air mata, apalagi saya, saya masih ga tahan menangis sambil memeluk si kakak. Si ayah pun terus mencium kepala dan tangan Kakak Valide, sampai sulit tidur si ayah.
Penanganan tantrum mudah secara teori, dan sulit dalam aplikasi apalagi tanpa adanya ketenangan orangtua. Ketenangan orangtua pun dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya, rasa lelah beraktivitas, emosi dengan pasangan, dan lain sebagainya. Dari kejadian tersebut, saya dan suami instropeksi diri, jika tantrum sulit ditangani, maka cegahlah pencetus tantrum. Dalam kejadian si kaka Valide, pencetusnya adalah nonton gadget sebelum tidur, akhirnya saya dan suami membuat kesepakatan NO gadget sebelum tidur. Semoga Allah memudahkan kami selaku orangtua untuk memberikan pendidikan hidup yang baik dan tepat kepada anak-anak kami.
Demikian dulu cerita panjang saya, mudah-mudahan bisa dipetik pelajarannya.
Tantrum?? Don't Worry ❤️❤️❤️❤️
@ruang
4 Nov'18_ 09.14
Ditemani adek yang kecapekan nenen
Selasa, 30 Oktober 2018
Saat Harus Tidur, Tapi... Tak Terpejam
Senin, 29 Oktober 2018
My New Life, My Spirit to Write!!!
Belum terlalu lama siih, baru sekitar 4-5 bulan yang lalu, tapi merasa ga aktif lagi dalam ber-blog-an. Ada niatan untuk kembali menulis sepatah atau pun berpatah-patah kata di blog lagi sebagai rekam jejak yang paling setia. Walaupun zaman sudah berubah banget dengan menjamurnya media sosial (medsos) yang lebih keren, eeeh tapi, di media sosial saya malah keenakan jadi penonton, yang bahkan seringkali "iri" plus pengen ganti posisi dengan orang lain yang waaaaah postingan medsosnya. Daripada jadi penonto melulu, lebih baik saya memperkaya stok kebahasaan dan stok kesabaran (😆😆😇) dengan menulis, tooh manfaatnya banyak lagi.
Alhamdulillah, terhitung sejak tanggal 10 Oktober 2018, status saya berubah kembali sebagai seorang istri sekaligus ibu dari 2 anak. Senang, senang banget alhamdulillah, bisa melahirkan normal, terlebih lagi didahulukan oleh drama kehamilan trimester akhir yang syeediiih serta menegangkan. Kisah seputar kehamilan dan peristiwa jelang melahirkan semoga bisa tertulis di blog ini next post (kalau ga lupa dan sempet nulis 😅). Bagi ibu dari satu bayi dan satu batita, pasti drama kehidupannya menjadi lebih luaaaar biasa dari sebelumnya, contohnya, menghadapi kecemburuan si kakak, butuh perhatian dan pertolongan dari suami yang kadang ga peka, emosi jiwa berlebihan saat nifas, kejar-kejaran waktu antara mandi, mandiin bocah, nyuci, masak, tidur, dan keriwehan lainnya. Huuuuufh.... Begitu beruntungnya kan jadi seorang ibu, pahala terbentang sepanjang hari 😂.
Demi menjaga kewarasan ibu 2 anak ini, selain mantengin IG atau medsos disertai ngemilin apa saja yang enak, cara lainnya yang berfaedah adalah dengan menulis. Menulis bagi saya banyak artinya. Menulis adalah sarana saya berkomunikasi, berdamai dengan diri sendiri, bermuhasabah, memperkaya kosakata, dan mengingat teori penulisan pas kuliah, wkwkwkwk, walaupun pas nulis mah, jauh teori dari aplikasi 🤣🤣.
Hari ini segitu dulu, udah pagi nih, cucian minta dijemur, semoga hari ini cerah yah mak 😍😍😍. Sebagai catatan, semenjak melahirkan, selalu bangun sekitar jam 1 atau 2 dini hari, dan sulit untuk tidur lagi, jadi rada mager yaaah sampai pagi. Demikianlah, tunggu next post lainnya...
@ruang
Sambil jadi kasur buat si bayi yang lagi bobo,😁😁😁
30 Okt'18_ 05.36
Minggu, 10 Juni 2018
Ramadhan.....
Jangan pergi dulu😭😭😭 karena saya belum merasa bergerak kemana pun dari rasa malas ini...
Ibu hamil sekaligus menyusui ini masih sangat butuh belaian ampunan dan berkah Ramadhan...Ya Allah, saya kemana aja yaah? 😫
Saya banyak keluhan lelahlah, remponglah, merasa kurang perhatian suamilah, sampai melewatkan banyak malam Ramadhan tanpa doa sedalam-dalam pengharapan. Ada rasa rindu akan amal-amal yang pernah dilalui ketika masih gadis dulu. Yaa, di saat kemana-mana cuek hanya berkawan ransel dan Qur'an di dalamnya (harus ada uang juga sih).
Masa itu telah sirna, semoga Allah menemukan sempilan amalan saya yang lain di kala Ramadhan ini, dengan status saya sebagai istri sekaligus ibu.
Rindu....
Hampa...
.
♥️♥️♥️
@ruang
10Jun'18_ pkl 20.17
Rabu, 24 Januari 2018
Stok Aman Kesabaran
.
.
Ibu yang terus belajar,
@25Jan'18
Minggu, 24 Desember 2017
Saat Valide A.A. Varisela
.
Nb: vaksin Varicella penting juga jika ada dananya atau asuransi. Dilakukan ketika si anak berumur 12 bulan.
24Des'17_ 15.52
Syafakillah Valide A.A 😘😘
Selasa, 17 Oktober 2017
Hikmah di 15 Bulan
15 bulan sudah berlalu dalam kehidupan si bayi pertama saya, Alhamdulillah. Lantas, pengajaran untuknya sudah sejauh apa?
Saya pun sebagai seorang ibu yang sepanjang waktu bersamanya rada "blank" jika harus menjawab pertanyaan pembuka itu. Sebentar, saya ingin memberikan titik-titik untuk penanda sedang berpikir.
...
Heeem.
Si bayi atas izin Allah sudah dapat berjalan sejak kurang dari 11 bulan. Saya rasa itu bukan sebuah pengajaran dari saya karena itu atas kehendak Allah dan kemudahan dari-Nya. Si bayi hingga kini masih ASI dan asupan inilah yang menurut saya membuat dia sangat aktif bergerak dikala dia makan secukupnya alias tidak banyak. Lagi lagi, itu pun atas kehendak Allah. Si bayi cenderung responsif terhadap musik dan nyanyian seolah ada sinyal yang mengharusnya dia untuk berjoget ketika mendengar lantunan lagu. Innalillahi, pengajaran yang kurang baik nampaknya. Padahal, semenjak hari-hari pertama dia lahir lantunan ayat suci pun diperdengarkan tiap harinya, in sya Allah.
Apa pun perkembangan si bayi, inginnya saya syukuri saja sambil terus memberikan dia pengajaran, pengajaran positif yang lahir bukan sekadar teori, melainkan nilai kehidupan. Nilai kehidupan tentang keimanan dan ketergantungan kepada Allah karena sungguh sehela nafas pun kita dapatkan atas rizki dari-Nya, nak, terlebih kau bisa berlari, menari, dan bermain aktif, maka syukurilah. Nilai kehidupan tentang pengorbanan karena begitu bahagia ibumu ini dapat membersamaimu dengan menyusui secara langsung, saat ibu lain belum tentu mendapatkannya jika tak berkorban. Ada banyak pula nilai kehidupan lainnya yang kelak kita diskusikan melalui bahasa dan kita buktikan melalui ibadah kepada-Nya.
Semoga selalu disayang Allah, wahai anakku Valide dan doakan ibu ayahmu...:-)
Di hari Kamis, menuju tengah hari
18102017